welcome to My Blog

Thks a lot..atas kunjungan anda, semoga situs ini dapat bermanfaat bagi anda dengan memberikan berbagai informasi yang kiranya dapat membantu.

Disusun oleh Kelompok 1 :

Wahyu Khazali (08330001)Citra Marina (08330002),Ali Sasole (08330003),Wasilah Lilians (08330004),Mei Yuniar (08330005),Rizqi Amalia (08330007),Firman Suhardiyanto (08330008),Amy Hapsari (08330009)


Minggu, 13 Desember 2009

METODE KUADRAT DAN METODE GARIS

I.PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya
maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
1.2TUJUAN
Dapat menggunakan variable kerimbunan, kerapatan dan frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan metode garis

II.DASAR TEORI
Menurut Waiver dan Demeats (1980) bahwa metode kuadran adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya. Ukuran yang digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter anti meter.
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area kuadran. Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan).
Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan kerapatandijabarkan dalam bentuk kerapatan, maka untuk kerimbunannya pun lebih baik dipergunakan kelas kerimbunan.
Frekuensi, ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhandijumpai dalam sejumlah area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh cuplikan yang dibuat (N), biasanya dalam %.
Nilai penting harga ini didapatka berdasarkan penjumlahan dari relative dari sejumlah variable yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative dan frekuensi relative). Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antar harga suatu variable yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variable untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%. Dalam table, jenis-jenis tumbuhan disususn berdasarkan harga nilai penting ini yang biasanya dari harga tumbuhan yang besar harga nilai pentingnya dapat dipergunakan untuk menentukan penanaan bentuk vegetasi tadi (Rahardjantu, 2001)
III.PROSEDUR KERJA
III.1Alat dan Bahan
Tali raffia - Pasak ukuran 50cm 12 buah
Meteran
Alat Tulis
III.2Cara Kerja
Metode Garis
Membuat garis sepanjang 10 m sebanyak 5 garis
Membagi masing-masing garis sebanyak 5 segmen dengan ukuran segmen 2 meter.
Mencatat dan menghitung semua jenis tumbuhan yang tersentuh dan berada di bawah garis
Menentukan persentase kanopi masing-masing jenis tumbuhan
Menghitung harga relatif dari tiap segmen
Menentukan nilai penting denganmenggunanan angka perhitungan relatif.
Menyusun jenis-jenis tumbuhan berdasarkan nilai penting yang terkecil.
Memberi nama bentuk vegetasi berdasarkan 2 jenis tumbuhan dengan harga nilai penting terbesar

IV. DATA PENGAMATAN
Tabel.I pengamatan metode Kuadrat
No
Spesies
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot5
Total

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov
1
Cemara
2
24
8
20
2
20
5
13
3
30
20
107















Tabel. 2 Metode garis (Ke 1, 2, 3. . .)
No
Spesies
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot5
Total

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov
1
Pohon
1
3
3
12
2
3
2
4
3
10
11
32


PERHITUNGAN


VI. PEMBAHASAN
Menurut Walver dan Demeats (1980) bahwa metode kuadrat adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya.
Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area cuplikan (kuadrat). Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokkan berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan kerapatan dijabarkan dalam banyak kelas kerapatan, maka untuk kerimbunannya lebih baik digunakan kelas kerimbunan.
Frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area cuplikan (n) dibandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang dibuat (N) biasanya dalam % (Rahardjanto, 2001).
Metode garis digunakan untuk menganalisis vegetasi panjang sampel/ percontoh berupa garis, untuk vegetasi hutan dapat lebih dari 50 meter, semak belukar sepanjang minimal satu meter. Sistem analisis berdasarkan pada variable kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Hal ini menurut Curtis catlon (1964) bahwa untuk setiap plot yang disebarkan dilakukan perlindungan terhadap variable-variabel frekuensi. Frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dan spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang dibuat. Nilai penting harga ini didasarkan pada penjumlahan dari harga relative dan kerapatan, kerimbunan dan frekuensi.
Hal ini sesuai pernyataan Rahardjanto (2001), bahwa kerapatan didasarkan pada perhitungan jarak antara individdu-individu sejenis yang melewati garis. Kerimbunan berdasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan atau bila dinyatakan dalam % dapat dilakukan berdasarkan perbandingan panjang penutupan garis yang melewati individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
Frekuensi pada dasarnya agak sulit menentukan apabila garis yang dibuat merupakan garis tunggal. Apabila garis itu dibagi dalam beberapa sektor-sektor garis. Bila garisnya majemuk maka perhitungan tidak berbeda seperti pada metode kuadrat. Sedangkan nilai penting prinsipnya sama dengan metode kuadrat.

VII. KESIMPULAN
Pada metode kuadrat tumbuhan dengan NP tertinggi adalah tumbuhan
Vegetasi dari metode kuadrat adalah vegetasi tumbuhan
Pada metode garis tumbuhan dengan nilai NP tertinggi adalah tumbuhan
Vegetasi dari metode garis adalah vegetasi tumbuhan
Pola penyebaran vegetasi adalah merata

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Laboratorium Biologi. UMM. Malang
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Rahardjanto, 2001. Ekologi Tumbuhan UMM Press. Malang
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

METODE TANPA PLOT (INTERSEPSI TITIK)

I.PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini menggunakan metode Interperensi titik. Dalam metode ini bentuk percontohan atau sampel berupa titik. Karena tidak menggambarkan suatu luas area tertentu, maka bias juga disebut metoda analisis vegetasi tanpa plot atau plotless method.

I.2Tujuan
Untuk menganalisis vegetasi dengan menggunakan metode intersepsi titik/metode tanpa plot
Untuk menganalisis vegetasi yang mendominasi diarea pratikum lapang
Untuk dapat memberikan sebuah nama tertentu pada vegetasi berdasarkan nilai pentingnya.

II.DASAR TEORI
Kompetisi atau persaingan untuk nutrisi terjadi antara tanaman dengan tanaman dengan gulam. Persaingan untuk nutrisi antara tanaman dan gulma tergantung kadar nutrisi atau zat hara dalam tanah yang tersedia bagi keduanya selain juga tergantung pada kemampuan tanaman dan gulma menyerap ion-ion nutrisi tersebut. Kecepatan menyerap ion-ion tersebut tergantung sifat ilmiah masing-masing tumbuhan, letak akar pada letak jauhnya terhadap sumber nutrisi. Sifat semacam itulah yang membuat gulma sebagai pesaing kuat atau lemah. Namun ada lagi persaingan antara tanaman dan gulma yaitu persaingan dalam menyerap CO2 persaingan karena za kimia dan persaingan untuk air (Soedjiran, 1995).
Persaingan untuk memperoleh cayaha merupakan bentuk persaingan dalam komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi apabila satu daun menutupi cahaya yang akan mengenai daun lainnya. Persaingan untuk cahaya adalah pasti akan terjadi antara tanaman atau tanaman dengan gulma. Persaingan antara daun khususnya terjadi pada tanam yang padat dimana masing-masing daun membentuk canopi yang berkesenambungan dan masing-masing daun itu saling tutup-menutupi. Maka tanaman tinggi mempunyai keuntungan yang lebih akibat tanaman yang mendapat cahaya terlebih akan memiliki laju pertumbuhan anakan yang cukup besar pula. Begitu pula sebaliknya, apabila itensitas cahaya kurang maka persaingan untuk fotosintesis anakan akan terhambat. Oleh karena itu tingkat kerapatan atau kepadatan suatu komunitas tidak sama karena adanya persaingan cahaya (Santoso, 1994).

III.METODE KERJA
III.1Alat dan Bahan
Tali rafia
Pasak ukuran 1 meter @2buah
Meteran
Penggaris
III.2Cara Kerja
Menentukan lokasi untuk pengamatan
Menancapkan 2 pasak dengan jarak 1 m, dari pasak yang ke-1 pasak yang ke-2.
Membentangkan tali rafia sepanjang 1 m antara pasak yang ke-1 dengan pasak yang ke-2
Menancapkan lidi, tiap titiknya yang terkena atau tersentuh lidi
Melakukan perhitungan Kerapatan (Kr), Dominasi (Dr), Frekuensi (Fr) dengan rumus sebagai berikut:

Dabs A =

Fabs A =

Krelatif A =

Drelatif A =

Frelatif =
NP A = Drelatif + Frelatif

IV.DATA PENGAMATAN


IV.1Tabel Pengamatan seri ke-(1-5)
No
Titik ke-….
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
B
A
-
A
A
A
A
B
A
-
8
2
A
A
A
-
A
A
B
A
A
A
9
3
B
B
A
A
A
-
-
-
A
A
7
4
-
-
A
-
-
B
-
B
A
-
4
5
A
-
-
A
A
A
B
-
A
-
6

Keterangan :
A = Rumput panjang
B = Rumput berdaun memanjang
IV.2Data nilai terpenting (NP) dari nilai tersebar hingga terkecil
No
Jenis Tumbuhan
Nilai Penting
1
A.Rumput panjang

2
B.Rumput berdaun memanjang


V.PERHITUNGAN

Jumlah total Dabs semua jenis = 0,52 + 0,16 =0,68
Jumlah total Fabs semua jenis = 1+1 =2

VI. PEMBAHASAN
Analisis dengan menggunakanmetode interserepsi titik merupakan bagian dari metode tanpa plot yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang didalamnya didominasi oleh suatu vegetasi rumput (Raharjanto, 2001).
Data yang akan diperoleh dari analisis metode intersepsi titik ini adalah berupa dominasi dan frekuensi. Dominasi terbagi menjadi dominasi absolute dan dominasi relative. Dominasi absolut akan diperoleh melalui pembagian antara jumlah titik yang tersentuh oleh jenis tertentu dibagi dengan jumlah titik total. Sedangkan dominasi relative akan diperoleh dari pembagian antara dominasi absolut jenis tertentu dengan jumlah total dari dominasi absolute semua jenis dikalikan seratus persen. Frekuensi akan diperoleh melalui pembagian antara jumlah titik pusat yang disebarkan, sedangkan frekuensi relative diperoleh dari pembagian antara frekuensi absolute jenis tertentu dibagi jumlah total F absolute semua jenis dikalikan seratus persen.

VI.KESIMPULAN
Tumbuhan jenis A lebih dominan pada vegetasi yang dianalisis dengan menggunakann metode intersepsi titik karena memiliki nilai tertinggi
Tumbuhan jenis B merupakan tumbuhan yang sangat jarang pada vegetasi yang dianalisis dengan menggunakan metode intersepsi titikkarena memiliki nilai yang rendah
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjanto, Abdulkhadir. 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang
Santoso. 1994. Ekologi Umum. PT Rajawali. Jakarta
Soedjiran, R.1988. Pengantar Ekologi. Remadja Karya. Bandung

LUAS MINIMUM, JUMLAH MINIMUN DAN PENYEBARAN PERCONTOH

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
Dalam mempelajari komunitas tumbuhan kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati komunitas, karena area tersebut sangat luas. Luas area tempat tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung dari bentuk/ struktur vegetasi tersebut. Yang penting diperhatikan adalah seluas apapun percontohan itu diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan. Percontoh yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan membentuk vegetasi itu berada pada daerah percontohan tadi.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui, memahami, dan mampu menguasai cara menentukan luas minimum dan jumlah minimum serta penyebaran percontoh.

II. DASAR TEORI
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu:
Penyebaran acak
Penyebaran secara merata
Penyebaran secara kelompok
Untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yaitu:
Penyebaran percontohan secara acak
Penyebaran percontohan secara sistematik
Penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).
Dalam ekologi komunitas bearti suatu kumpulan bearti suatu kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak harus merupakan suatu daerah luas dengan tumbuhan biasanya bersifat rumit dan tidak mudah diberi warna menurut satu, dua spesies yang paling berkuasa sebagai mana umum didaerah beriklim sedang (Ewusi, 1990).
Suatu komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup ditempat tersebut dalam kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung pada penyesuaian dari setiap individu terhadapfaktor-faktor fisik dan biologi yang ada ditempat tersebut (Soedjiran, 1988).
Suatu metod untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Santoso, 1994).

III. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Pasak ukuran 1 meter @12 buah
Alat tulis
Tali raffia
Kertas millimeter blok
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Penentuan Luas Minimum
Menyiapkan 4 pasak dan tali rafia. Mengikat tali rafia pada tiap pasak sehingga membentuk bujur sangkar dengan ukuran (5x5)m2. Mencatat semua jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.
Memperluas kuadrat yang telah dibuat 2x semula menjadi (5x10)m2. Mencatat kembali penambahan jenis tumbuhan ukuran yang telah diperluas lagi.
Melakukan penambahan luas dengan cara yang sama yaitu menjadi (10x10)m2, (20x20) m2,,,,,, dan seterusnya sampai tidak ada penambahan jenis tumbuhan baru.
Membuat grafik luas minimum.
3.2.2 Penentuan Jumlah Minimum
Menyebarkan secara acak 3 kuadrat berukuran 1x1m, mencatat jumlah jenis tumbuhan dari ketiga kuadrat tadi.
Menyebarkan lagi 3 kuadrat berikutnya dengan ukuran tetap masing-masing 1x1m, dengan mencatat kembali jumlah jenis tumbuhannya.
Melakukan hal yang sama berkali-kali sampai 5 kali pengamatan masing-masing membuat 3 kuadrat.
Menyusun seri kuasrat tadi berdasarkan jumlah dari jumlah sedikit kejumlah yang banyak tanpa memperhatikan mana yang lebih dahulu diambil.
Membuat grafik jumlah minimum.

IV. DATA PENGAMATAN
4.1 Tabel Luas Minimum

No Nama Spesies Luas Plot
5x5 m 5x10 m 10x10 m 10x20 m 20x40 m
1 Tumbuhan A √ √ √
2 Casuarina junghulni √ √ √
3 Pohon Pinus √ √
4 Tumbuhan B √ √ √
5 Tumbuhan C √ √ √ √
6 Pohon A √ √
7 Imperata cylindrica√√√√
8 Tumbuhan D √ √√
Jumlah53647








4.2 Tabel Jumlah Minimum
No
Nama Spesies
SERI 1
SERI 2
SERI 4
SERI 5
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3

Tumbuhan A













Casuarina junghulni













Pohon Pinus













Tumbuhan B













Tumbuhan C













Pohon A













Imperata cylindrical













Tumbuhan D












Jumlah
5
2
4
3
3
2
4
3
2
3
3
2
Total
11
7
9
8


V. PEMBAHASAN
Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut dengan luas maksimum. Berdasarkan hasil pratikum setiap plot selalu terdapat penambahan spesies. Dari table diatas dapat dilihat bahwa luas minimum dari spesies tersebut di atas 20x20m2. Karena ada luas tersebut tidak terjadi penambahan spesies baru atau jumlah spesies dari plot sebelumnya teta artinya luas tersebut sudah mewakili karakteristik komunitas yang ada disana karena sejumlah sampel dikatakan resentatif bila didalamnya terdapat semuaataiu sebagian jenis tanaman membentuk komunitas atau vegetasi tersebut daerah minimal yang dapat mencerminkan kekayaan atau vegetasi.
Dalam jumlah tertentu populasi dapat didistribusikan secara beragam, acak dan rumpun, distribusi jarang terjadi, apabila terjadi hanya kondisi lingkungan yang cukup beragam diseluruh luasan dan bila persaingan kuat antara individu misalnya pada hutan lebat, pohon-pohon yang tinggi hamper semua distribusi seragam/jarak tertentu karena kompotisi untuk mendapatkan cahaya dan unsure hara.
Banyak sedikitnya spesies suatu komunitas tidak lain ditentukan oleh keadaan dari komunitas itu sendiri apakah disana terdapat factor-faktor yang dibutuhkan oleh tumbuhan atau tidak.
VI. KESIMPULAN
Untuk mengetahui suatu karakteristik dari suatu vegetasi pada komunitas tertentu kita dapat melihat jenis tumbuhan vegetasi tertentu dengan menggunakan metode luas minimum dan jumlah minimum.
Semakin luas areadari komunitas maka akan semakin banyak jenis tumbuhan yang ditentukan dari vegetasi disuatu komunitas
Pada tiap-tipa plot dalam menentukan jumlah minimum terdapat persamaan jenis vegetasi.


DAFTRA PUSTAKA
Ewusi, 1990. Pengantar Ekologi TumbuhanTropis. ITB. Bandung
Rahardjanto, Abdulkhadir. 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang
Santoso. 1994. Ekologi Umum. PT Rajawali. Jakarta
Soedjiran, R.1988. Pengantar Ekologi. Remadja Karya. Bandung

VITALITAS, PERIODITAS, DAN STRATIFIKASI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang
Frekuensi kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa kuantitatif yang merupakan data yang penting dalam menentukan peranan atau spesies atau jenis dalam vegetasinya. Selain data dalam analisa data hasil analisa kuantitatif di perlukan juga data lain yaitu hasil analisa kuantitatif yang memberikan sifat khusus dari spesies atau jenis terhadap vegetasi. Dari hasil analisis kuantitatif ini terutama akan memberikan gambaran dari setiap jenis yang ada pada waktu-waktu yang akan datang.
Untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tanaman dalam perkembangannya, dan sebagai reaksi tumbuhan tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya maka dilakukan praktikum mengenai vitalitas. Sedangkan pada perioditas ini menyatakan bagaimanakah kehidupan suatu tumbuhan untuk melangsungkan kehidupannya, hal ini diamati dengan ada tidaknya daun, bunga, buah, dan biji. Lapisan-lapisansecara vertikal yang dibentuk oleh keadaan bentuk atau (life from) anggota-anggota komonitas tersebut , yang di pakai sebagai dasar biasanya ketinggian dari pohon tersebut dan cara ini digunkan untuk mengukur stratifikasi.

1.2Tujuan
Untuk mengetahui tingkat kesuburan dari suatu jenis dalam perkembangannya
Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi dalam vegetasi tersebut

BAB II
DASAR TEORI

2.1Tinjauan tentang Vitalitas
Vitalitas adalah cara yang diperlukan untuk mengetahui tingkat kesuburan dari suatu jenis dalam perkembangannya sebagai reaksi terhadap lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat lengkap atau tidaknya siklus hidup dan spesies tadi didalam vegetasi. Salah satu cara dalam menggambarkan vitalitas adalah dengan memperhatikan empat keadaan yang berhubungan dengan siklus hidupnya adalah sebagai berikut :
A.Adanya kecambah (seeding)
B.Adanya tumbuhan muda
C.Adanya tumbuhan dewas
D.Adanya tumbuhan tua (Rahardjanto, 2004).

2.2Tinjauan tentang Perioditas
Perioditas merupakan keadaan yang rhymis di dalam satu kehidupan tumbuhan. Keadaan tersebut dinyatakan dengan adanya: daun, buah, bunga, dan biji. Untuk mempermudah pencatatan di lapangan dipakai singkatan sebagai berikut :
Dn : Daun
Bg : Bunga
Bu : Buah
Bi : Biji (Rahardjanto, 2004).
Hubungan proses berbunga dan berbuah adalah berapa kali paling banyak suatu spesies berbuah di suatu daerah geografi tertentu dalam satu tahun pada spesies tertentu dengan masa berbunga lebih dari satu kali dalam setahun, maka tidak setiap kali perbungaan dapat menghasilkan buah.
Dengan demikian meskipun sering berbunga dan sering berbuah untuk suatu spesies, dalam hal ini keseringan berbuah itu lebih rendah dari pada keseringan berbunganya.
Mengenai daun (perangsangan dan pertumbuhan), bahwa kehilangan daun atau pertumbuhan daun yang baru adalah gejala yang biasa terjadi pada tumbuhan berbunga. Dimana setiap spesies akan kehilangan sebagian besar daunnya karena kaitannya dengan perbungaan dan waktu berlangsungnya perbungaan (Lovelles, 1989).

2.3Tinjauan tentang Stratifikasi
Stratifikasi adalah lapisan-lapisan secara vertikal yang dibentuk oleh (life farm) abggota-anggota suatu komunitas yang biasanya dipaki pada ketinggian dari pohon (Rahardjanto, 2004).
Hal ini berhubungan dengan bentuk % kehidupan yang berarti mempunyai bentuk yang khasdari tumbuhan pada keadaan vegetatif spesies apapun dapat ditentukan kelasnya, bentuk kehidupannya atas dasar ukurannya, bentuknya, cara bercabangnya, car bertahan hidupnya, dan rata-rata luas daun atau helai daunnya. Kedudukan kuncup sangat penting dalam penentuan ini dengan demikian pohon yang memiliki kelembaban yang tinggi atau mungkin tertimbun didalam tanah sehingga tidak mengalami musim pada tahun yang bersangkutan.
Menurut Raunkeir (1994), pertumbuhan bentuk kehidupan didasarkan oleh kedudukan kuncup yang rehat dan tinggi dalam berhubungan dengan permukaan tanah sebagai petunjuk mengenai cara tumbuhan itu dapat melaui musim yang merugikan hidupnya.pohon sebagai bentuk kehidupan yang primitif karena kuncup rehatnya terdapat jauh diatas tanah yaitu keadaan yang dianggap sesuai untuk cuaca pada saat tumbuhan bunga muncul.
Selain di bahas pada masalah bentuk kehidupan yaitu dekat atau tidaknya kuncup dengan daun dari permukaan tanah (ketinggian dari tanah) yang menjadi parameter juga adalah frekuensi (kekerapan), dan kepadatan (tutupan). Kekerapan menyangkut tingkat keragaman terdapatnya individu dalam suatu daerah, kekerapan dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies dalam daerah yang secara ideal tersebar secara acak diseluruh daerah yang dikaji (Lovelles, 1989).
Dalam suatu komunitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditanam bijinya meliputi perkecambahan, pertumbuhan bibit muda dan menua, pembungaan dan kadar senyawa N terutama dalam daun, menurut akibat pembentukan bunga, suhu rendah dan intensitas pembentukan buah (Rahardjanto, 2001).

BAB III
PROSEDUR KERJA


3.1 Alat dan Bahan
Aalat tulis
Penggaris
Meteran
Plastik ukuran 1 kg @ 15 lembar
Tali rafia
Pasak ukuran 1 m @ 16 buah

3.2 Cara Kerja
a.Vitalitas
Mencari 5 jenis tumbuhan yang berbeda, kemudian mengamati disekitar pohon tersebut ada tidaknya : kecambah, tumbuhan muda, tumbuhan dewasa, tumbuhan tua.
Mencatat data hasil pengamatan ke dalam tabel
b.Perioditas
Mencari 5 jenis tumbuhan yang berbeda, kemudian mengamati disekitar pohon tersebut ada tidaknya : daun, bunga, buah, dan biji.
Mencatat data hasil pengamatan ke dalam tabel
c.Stratifikasi
Mencari 5 jenis tumbuhan yang berbeda, kemudian menentukan stratifikasinya berdasarkan Dbh dari ketinggian pohon tersebut

BAB IV
DATA PENGAMATAN


4.1Data Pengamatan
4.4.1 Vitalitas
No. Jenis Tumbuhan Keterangan
1. A Tumbuhan dewasa dan tua
2. Cemara (Casuari junghulni) Tumbuhan muda
3. Pinus (Pinus mercusii) Tumbuhan muda dan dewasa
4. B Tumbuhan muda
5. C Tumbuhan muda

4.4.2 Perioditas
NO. Nama Pohon Daun Bunga Buah Biji
1. A √ - - -
2. Cemara (Casuari junghulni) √ - - -
3.Pinus (Pinus mercusii) √ - - √
4. B √ - - -
5. C √ - - -

4.4.3 Stratifikasi

NO.Nama Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Keliling(cm) Dbh(cm) Tinggi(cm)
1. A - √ - - 120 9,5 1700
2. Cemara - √ - - 7 0,5 160
3. Pinus - √ - - 9 0,7 250
4. B - √ - - 8 0,6 200
5. C - √ - - 6 0,4 270

BAB V
PEMBAHASAN


5.1 Vitalitas
Pada praktikum kali ini kita melakukan praktikum tentang vitalitas, perioditas, dan stratifikasi yang dilaksanakan di Coban Rondo. Vitalitas sendiri berfungsi untuk mengetahui tingkat kesuburan dari suatu jenis dalam perkembangannya sebagai reaksi terhadap lingkungannya. Salah satu cara untuk menggambarkan vitalitas yaitu dengan memperhatikan daur hidupnya, antar lain :
1.Kecambah
2.Tumbuhan muda
3.Tumbuhan dewasa
4.Tumbuhan tua (Rahardjanto, 2001).
Pada praktikum yang telah dilakukan harus ada 5 jenis tumbuhan yang berbeda dan semuanya mempunyai kelengkapan tumbuhan sebagai daya hidup suatu spesies dalam komunitas dan khususnya yang menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya suatu spesies ssecara teratur menyesuaikan dengan daur hidupnya dalam menentukan ketahanan hidup suatu spesies.

5.2 Perioditas
Menurut Raunkeir (1994), dalam suatu komunitaspertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditanam bijinya meliputi perkecambahan pertumbuhan bibit muda dan menua, sedangkan perbungaan dan pembentukan sangat menekan tingkatan pertumbuhan dan kadar senyawa N terutama dalam daun menurun akibat pembentukan bunga, suhu rendah, dan intensitas pembentukan buah.
Perioditas menyatakan keadaan rhymis suatu kehidupan tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan dengan adanya daun, bunga, buah, dan biji. Pada pengamatan tersebut jenis tumbuhan yang ditemukan sudah mempunyai kelengkapan. Hal ini dipengaruhi oleh suhu, pH, kadar air, senyawa organik, dan kesuburan tanah.

5.3 Stratifikasi
Menurut Rahardjanto (2004), untuk mengetahui semai, pancang, tiang, dan pohon dapat dilihat berdasarkan tinggi pohon dan dbh. Pada pengamatan stratifikasi jenis tumbuhan yang diamati ada 5 jenis tumbuhan yang berbeda antara lain : tumbuhan A, cemara, pinus, tumbuhan B, dan tumbuhan C, semuanya termasuk dalam kategori pancang. Hal ini didasarkan oleh ketentuan sebagai berikut :
A.Semai  Tinggi pohon < 1,5 m
B.Pancang  Tinggi pohon > 1,5 m dengan dbh < 10 cm
C.Tiang  Tinggi pohon > 1,5 m dengan dbh 10-30 cm
D.Pohon  Tinggi pohon > 1,5 dengan dbh > 35 cm

BAB VI
KESIMPULAN



Vitalitas diperoleh dari ke-5 jenis tumbuhan berbeda yang ditemukan termasuk dalam tumbuhan yang subr atau tingkat kesuburannya tinggi.
Perioditas diperoleh dari ke-5 jenis tumbuhan berbeda yang sedang mengalami rhymis dalam hidupnya.
Dari pengamatan stratifikasi diperoleh data bahwa 5 jenis tumbuhan yang terdapat di daerah coban rondo termasuk golongan rata-rata dengan dbh < 10 cm dan semuanya tumbuhan termasuk dalam kategori Pancang.

DAFTAR PUSTAKA
Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Gramedia. Jakarta.
Rahardjanto, A. 2001. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Rahardjanto, A. 2004. Ekologi Buku Petunjuk Praktikum Tumbuhan. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Raunkeir. 1994. Pengantar Ekologi. Bumi Aksara. Jakarta.