welcome to My Blog

Thks a lot..atas kunjungan anda, semoga situs ini dapat bermanfaat bagi anda dengan memberikan berbagai informasi yang kiranya dapat membantu.

Disusun oleh Kelompok 1 :

Wahyu Khazali (08330001)Citra Marina (08330002),Ali Sasole (08330003),Wasilah Lilians (08330004),Mei Yuniar (08330005),Rizqi Amalia (08330007),Firman Suhardiyanto (08330008),Amy Hapsari (08330009)


Minggu, 13 Desember 2009

METODE KUADRAT DAN METODE GARIS

I.PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya
maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
1.2TUJUAN
Dapat menggunakan variable kerimbunan, kerapatan dan frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan metode garis

II.DASAR TEORI
Menurut Waiver dan Demeats (1980) bahwa metode kuadran adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya. Ukuran yang digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter anti meter.
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area kuadran. Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan).
Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan kerapatandijabarkan dalam bentuk kerapatan, maka untuk kerimbunannya pun lebih baik dipergunakan kelas kerimbunan.
Frekuensi, ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhandijumpai dalam sejumlah area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh cuplikan yang dibuat (N), biasanya dalam %.
Nilai penting harga ini didapatka berdasarkan penjumlahan dari relative dari sejumlah variable yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative dan frekuensi relative). Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antar harga suatu variable yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variable untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%. Dalam table, jenis-jenis tumbuhan disususn berdasarkan harga nilai penting ini yang biasanya dari harga tumbuhan yang besar harga nilai pentingnya dapat dipergunakan untuk menentukan penanaan bentuk vegetasi tadi (Rahardjantu, 2001)
III.PROSEDUR KERJA
III.1Alat dan Bahan
Tali raffia - Pasak ukuran 50cm 12 buah
Meteran
Alat Tulis
III.2Cara Kerja
Metode Garis
Membuat garis sepanjang 10 m sebanyak 5 garis
Membagi masing-masing garis sebanyak 5 segmen dengan ukuran segmen 2 meter.
Mencatat dan menghitung semua jenis tumbuhan yang tersentuh dan berada di bawah garis
Menentukan persentase kanopi masing-masing jenis tumbuhan
Menghitung harga relatif dari tiap segmen
Menentukan nilai penting denganmenggunanan angka perhitungan relatif.
Menyusun jenis-jenis tumbuhan berdasarkan nilai penting yang terkecil.
Memberi nama bentuk vegetasi berdasarkan 2 jenis tumbuhan dengan harga nilai penting terbesar

IV. DATA PENGAMATAN
Tabel.I pengamatan metode Kuadrat
No
Spesies
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot5
Total

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov
1
Cemara
2
24
8
20
2
20
5
13
3
30
20
107















Tabel. 2 Metode garis (Ke 1, 2, 3. . .)
No
Spesies
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot5
Total

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov
1
Pohon
1
3
3
12
2
3
2
4
3
10
11
32


PERHITUNGAN


VI. PEMBAHASAN
Menurut Walver dan Demeats (1980) bahwa metode kuadrat adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya.
Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area cuplikan (kuadrat). Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokkan berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan kerapatan dijabarkan dalam banyak kelas kerapatan, maka untuk kerimbunannya lebih baik digunakan kelas kerimbunan.
Frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area cuplikan (n) dibandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang dibuat (N) biasanya dalam % (Rahardjanto, 2001).
Metode garis digunakan untuk menganalisis vegetasi panjang sampel/ percontoh berupa garis, untuk vegetasi hutan dapat lebih dari 50 meter, semak belukar sepanjang minimal satu meter. Sistem analisis berdasarkan pada variable kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Hal ini menurut Curtis catlon (1964) bahwa untuk setiap plot yang disebarkan dilakukan perlindungan terhadap variable-variabel frekuensi. Frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dan spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang dibuat. Nilai penting harga ini didasarkan pada penjumlahan dari harga relative dan kerapatan, kerimbunan dan frekuensi.
Hal ini sesuai pernyataan Rahardjanto (2001), bahwa kerapatan didasarkan pada perhitungan jarak antara individdu-individu sejenis yang melewati garis. Kerimbunan berdasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan atau bila dinyatakan dalam % dapat dilakukan berdasarkan perbandingan panjang penutupan garis yang melewati individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
Frekuensi pada dasarnya agak sulit menentukan apabila garis yang dibuat merupakan garis tunggal. Apabila garis itu dibagi dalam beberapa sektor-sektor garis. Bila garisnya majemuk maka perhitungan tidak berbeda seperti pada metode kuadrat. Sedangkan nilai penting prinsipnya sama dengan metode kuadrat.

VII. KESIMPULAN
Pada metode kuadrat tumbuhan dengan NP tertinggi adalah tumbuhan
Vegetasi dari metode kuadrat adalah vegetasi tumbuhan
Pada metode garis tumbuhan dengan nilai NP tertinggi adalah tumbuhan
Vegetasi dari metode garis adalah vegetasi tumbuhan
Pola penyebaran vegetasi adalah merata

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Laboratorium Biologi. UMM. Malang
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Rahardjanto, 2001. Ekologi Tumbuhan UMM Press. Malang
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

METODE TANPA PLOT (INTERSEPSI TITIK)

I.PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini menggunakan metode Interperensi titik. Dalam metode ini bentuk percontohan atau sampel berupa titik. Karena tidak menggambarkan suatu luas area tertentu, maka bias juga disebut metoda analisis vegetasi tanpa plot atau plotless method.

I.2Tujuan
Untuk menganalisis vegetasi dengan menggunakan metode intersepsi titik/metode tanpa plot
Untuk menganalisis vegetasi yang mendominasi diarea pratikum lapang
Untuk dapat memberikan sebuah nama tertentu pada vegetasi berdasarkan nilai pentingnya.

II.DASAR TEORI
Kompetisi atau persaingan untuk nutrisi terjadi antara tanaman dengan tanaman dengan gulam. Persaingan untuk nutrisi antara tanaman dan gulma tergantung kadar nutrisi atau zat hara dalam tanah yang tersedia bagi keduanya selain juga tergantung pada kemampuan tanaman dan gulma menyerap ion-ion nutrisi tersebut. Kecepatan menyerap ion-ion tersebut tergantung sifat ilmiah masing-masing tumbuhan, letak akar pada letak jauhnya terhadap sumber nutrisi. Sifat semacam itulah yang membuat gulma sebagai pesaing kuat atau lemah. Namun ada lagi persaingan antara tanaman dan gulma yaitu persaingan dalam menyerap CO2 persaingan karena za kimia dan persaingan untuk air (Soedjiran, 1995).
Persaingan untuk memperoleh cayaha merupakan bentuk persaingan dalam komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi apabila satu daun menutupi cahaya yang akan mengenai daun lainnya. Persaingan untuk cahaya adalah pasti akan terjadi antara tanaman atau tanaman dengan gulma. Persaingan antara daun khususnya terjadi pada tanam yang padat dimana masing-masing daun membentuk canopi yang berkesenambungan dan masing-masing daun itu saling tutup-menutupi. Maka tanaman tinggi mempunyai keuntungan yang lebih akibat tanaman yang mendapat cahaya terlebih akan memiliki laju pertumbuhan anakan yang cukup besar pula. Begitu pula sebaliknya, apabila itensitas cahaya kurang maka persaingan untuk fotosintesis anakan akan terhambat. Oleh karena itu tingkat kerapatan atau kepadatan suatu komunitas tidak sama karena adanya persaingan cahaya (Santoso, 1994).

III.METODE KERJA
III.1Alat dan Bahan
Tali rafia
Pasak ukuran 1 meter @2buah
Meteran
Penggaris
III.2Cara Kerja
Menentukan lokasi untuk pengamatan
Menancapkan 2 pasak dengan jarak 1 m, dari pasak yang ke-1 pasak yang ke-2.
Membentangkan tali rafia sepanjang 1 m antara pasak yang ke-1 dengan pasak yang ke-2
Menancapkan lidi, tiap titiknya yang terkena atau tersentuh lidi
Melakukan perhitungan Kerapatan (Kr), Dominasi (Dr), Frekuensi (Fr) dengan rumus sebagai berikut:

Dabs A =

Fabs A =

Krelatif A =

Drelatif A =

Frelatif =
NP A = Drelatif + Frelatif

IV.DATA PENGAMATAN


IV.1Tabel Pengamatan seri ke-(1-5)
No
Titik ke-….
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
B
A
-
A
A
A
A
B
A
-
8
2
A
A
A
-
A
A
B
A
A
A
9
3
B
B
A
A
A
-
-
-
A
A
7
4
-
-
A
-
-
B
-
B
A
-
4
5
A
-
-
A
A
A
B
-
A
-
6

Keterangan :
A = Rumput panjang
B = Rumput berdaun memanjang
IV.2Data nilai terpenting (NP) dari nilai tersebar hingga terkecil
No
Jenis Tumbuhan
Nilai Penting
1
A.Rumput panjang

2
B.Rumput berdaun memanjang


V.PERHITUNGAN

Jumlah total Dabs semua jenis = 0,52 + 0,16 =0,68
Jumlah total Fabs semua jenis = 1+1 =2

VI. PEMBAHASAN
Analisis dengan menggunakanmetode interserepsi titik merupakan bagian dari metode tanpa plot yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang didalamnya didominasi oleh suatu vegetasi rumput (Raharjanto, 2001).
Data yang akan diperoleh dari analisis metode intersepsi titik ini adalah berupa dominasi dan frekuensi. Dominasi terbagi menjadi dominasi absolute dan dominasi relative. Dominasi absolut akan diperoleh melalui pembagian antara jumlah titik yang tersentuh oleh jenis tertentu dibagi dengan jumlah titik total. Sedangkan dominasi relative akan diperoleh dari pembagian antara dominasi absolut jenis tertentu dengan jumlah total dari dominasi absolute semua jenis dikalikan seratus persen. Frekuensi akan diperoleh melalui pembagian antara jumlah titik pusat yang disebarkan, sedangkan frekuensi relative diperoleh dari pembagian antara frekuensi absolute jenis tertentu dibagi jumlah total F absolute semua jenis dikalikan seratus persen.

VI.KESIMPULAN
Tumbuhan jenis A lebih dominan pada vegetasi yang dianalisis dengan menggunakann metode intersepsi titik karena memiliki nilai tertinggi
Tumbuhan jenis B merupakan tumbuhan yang sangat jarang pada vegetasi yang dianalisis dengan menggunakan metode intersepsi titikkarena memiliki nilai yang rendah
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjanto, Abdulkhadir. 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang
Santoso. 1994. Ekologi Umum. PT Rajawali. Jakarta
Soedjiran, R.1988. Pengantar Ekologi. Remadja Karya. Bandung

LUAS MINIMUM, JUMLAH MINIMUN DAN PENYEBARAN PERCONTOH

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
Dalam mempelajari komunitas tumbuhan kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati komunitas, karena area tersebut sangat luas. Luas area tempat tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung dari bentuk/ struktur vegetasi tersebut. Yang penting diperhatikan adalah seluas apapun percontohan itu diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan. Percontoh yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan membentuk vegetasi itu berada pada daerah percontohan tadi.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui, memahami, dan mampu menguasai cara menentukan luas minimum dan jumlah minimum serta penyebaran percontoh.

II. DASAR TEORI
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu:
Penyebaran acak
Penyebaran secara merata
Penyebaran secara kelompok
Untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yaitu:
Penyebaran percontohan secara acak
Penyebaran percontohan secara sistematik
Penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).
Dalam ekologi komunitas bearti suatu kumpulan bearti suatu kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak harus merupakan suatu daerah luas dengan tumbuhan biasanya bersifat rumit dan tidak mudah diberi warna menurut satu, dua spesies yang paling berkuasa sebagai mana umum didaerah beriklim sedang (Ewusi, 1990).
Suatu komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup ditempat tersebut dalam kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung pada penyesuaian dari setiap individu terhadapfaktor-faktor fisik dan biologi yang ada ditempat tersebut (Soedjiran, 1988).
Suatu metod untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Santoso, 1994).

III. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Pasak ukuran 1 meter @12 buah
Alat tulis
Tali raffia
Kertas millimeter blok
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Penentuan Luas Minimum
Menyiapkan 4 pasak dan tali rafia. Mengikat tali rafia pada tiap pasak sehingga membentuk bujur sangkar dengan ukuran (5x5)m2. Mencatat semua jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.
Memperluas kuadrat yang telah dibuat 2x semula menjadi (5x10)m2. Mencatat kembali penambahan jenis tumbuhan ukuran yang telah diperluas lagi.
Melakukan penambahan luas dengan cara yang sama yaitu menjadi (10x10)m2, (20x20) m2,,,,,, dan seterusnya sampai tidak ada penambahan jenis tumbuhan baru.
Membuat grafik luas minimum.
3.2.2 Penentuan Jumlah Minimum
Menyebarkan secara acak 3 kuadrat berukuran 1x1m, mencatat jumlah jenis tumbuhan dari ketiga kuadrat tadi.
Menyebarkan lagi 3 kuadrat berikutnya dengan ukuran tetap masing-masing 1x1m, dengan mencatat kembali jumlah jenis tumbuhannya.
Melakukan hal yang sama berkali-kali sampai 5 kali pengamatan masing-masing membuat 3 kuadrat.
Menyusun seri kuasrat tadi berdasarkan jumlah dari jumlah sedikit kejumlah yang banyak tanpa memperhatikan mana yang lebih dahulu diambil.
Membuat grafik jumlah minimum.

IV. DATA PENGAMATAN
4.1 Tabel Luas Minimum

No Nama Spesies Luas Plot
5x5 m 5x10 m 10x10 m 10x20 m 20x40 m
1 Tumbuhan A √ √ √
2 Casuarina junghulni √ √ √
3 Pohon Pinus √ √
4 Tumbuhan B √ √ √
5 Tumbuhan C √ √ √ √
6 Pohon A √ √
7 Imperata cylindrica√√√√
8 Tumbuhan D √ √√
Jumlah53647








4.2 Tabel Jumlah Minimum
No
Nama Spesies
SERI 1
SERI 2
SERI 4
SERI 5
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3

Tumbuhan A













Casuarina junghulni













Pohon Pinus













Tumbuhan B













Tumbuhan C













Pohon A













Imperata cylindrical













Tumbuhan D












Jumlah
5
2
4
3
3
2
4
3
2
3
3
2
Total
11
7
9
8


V. PEMBAHASAN
Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut dengan luas maksimum. Berdasarkan hasil pratikum setiap plot selalu terdapat penambahan spesies. Dari table diatas dapat dilihat bahwa luas minimum dari spesies tersebut di atas 20x20m2. Karena ada luas tersebut tidak terjadi penambahan spesies baru atau jumlah spesies dari plot sebelumnya teta artinya luas tersebut sudah mewakili karakteristik komunitas yang ada disana karena sejumlah sampel dikatakan resentatif bila didalamnya terdapat semuaataiu sebagian jenis tanaman membentuk komunitas atau vegetasi tersebut daerah minimal yang dapat mencerminkan kekayaan atau vegetasi.
Dalam jumlah tertentu populasi dapat didistribusikan secara beragam, acak dan rumpun, distribusi jarang terjadi, apabila terjadi hanya kondisi lingkungan yang cukup beragam diseluruh luasan dan bila persaingan kuat antara individu misalnya pada hutan lebat, pohon-pohon yang tinggi hamper semua distribusi seragam/jarak tertentu karena kompotisi untuk mendapatkan cahaya dan unsure hara.
Banyak sedikitnya spesies suatu komunitas tidak lain ditentukan oleh keadaan dari komunitas itu sendiri apakah disana terdapat factor-faktor yang dibutuhkan oleh tumbuhan atau tidak.
VI. KESIMPULAN
Untuk mengetahui suatu karakteristik dari suatu vegetasi pada komunitas tertentu kita dapat melihat jenis tumbuhan vegetasi tertentu dengan menggunakan metode luas minimum dan jumlah minimum.
Semakin luas areadari komunitas maka akan semakin banyak jenis tumbuhan yang ditentukan dari vegetasi disuatu komunitas
Pada tiap-tipa plot dalam menentukan jumlah minimum terdapat persamaan jenis vegetasi.


DAFTRA PUSTAKA
Ewusi, 1990. Pengantar Ekologi TumbuhanTropis. ITB. Bandung
Rahardjanto, Abdulkhadir. 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang
Santoso. 1994. Ekologi Umum. PT Rajawali. Jakarta
Soedjiran, R.1988. Pengantar Ekologi. Remadja Karya. Bandung

VITALITAS, PERIODITAS, DAN STRATIFIKASI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang
Frekuensi kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa kuantitatif yang merupakan data yang penting dalam menentukan peranan atau spesies atau jenis dalam vegetasinya. Selain data dalam analisa data hasil analisa kuantitatif di perlukan juga data lain yaitu hasil analisa kuantitatif yang memberikan sifat khusus dari spesies atau jenis terhadap vegetasi. Dari hasil analisis kuantitatif ini terutama akan memberikan gambaran dari setiap jenis yang ada pada waktu-waktu yang akan datang.
Untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tanaman dalam perkembangannya, dan sebagai reaksi tumbuhan tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya maka dilakukan praktikum mengenai vitalitas. Sedangkan pada perioditas ini menyatakan bagaimanakah kehidupan suatu tumbuhan untuk melangsungkan kehidupannya, hal ini diamati dengan ada tidaknya daun, bunga, buah, dan biji. Lapisan-lapisansecara vertikal yang dibentuk oleh keadaan bentuk atau (life from) anggota-anggota komonitas tersebut , yang di pakai sebagai dasar biasanya ketinggian dari pohon tersebut dan cara ini digunkan untuk mengukur stratifikasi.

1.2Tujuan
Untuk mengetahui tingkat kesuburan dari suatu jenis dalam perkembangannya
Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi dalam vegetasi tersebut

BAB II
DASAR TEORI

2.1Tinjauan tentang Vitalitas
Vitalitas adalah cara yang diperlukan untuk mengetahui tingkat kesuburan dari suatu jenis dalam perkembangannya sebagai reaksi terhadap lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat lengkap atau tidaknya siklus hidup dan spesies tadi didalam vegetasi. Salah satu cara dalam menggambarkan vitalitas adalah dengan memperhatikan empat keadaan yang berhubungan dengan siklus hidupnya adalah sebagai berikut :
A.Adanya kecambah (seeding)
B.Adanya tumbuhan muda
C.Adanya tumbuhan dewas
D.Adanya tumbuhan tua (Rahardjanto, 2004).

2.2Tinjauan tentang Perioditas
Perioditas merupakan keadaan yang rhymis di dalam satu kehidupan tumbuhan. Keadaan tersebut dinyatakan dengan adanya: daun, buah, bunga, dan biji. Untuk mempermudah pencatatan di lapangan dipakai singkatan sebagai berikut :
Dn : Daun
Bg : Bunga
Bu : Buah
Bi : Biji (Rahardjanto, 2004).
Hubungan proses berbunga dan berbuah adalah berapa kali paling banyak suatu spesies berbuah di suatu daerah geografi tertentu dalam satu tahun pada spesies tertentu dengan masa berbunga lebih dari satu kali dalam setahun, maka tidak setiap kali perbungaan dapat menghasilkan buah.
Dengan demikian meskipun sering berbunga dan sering berbuah untuk suatu spesies, dalam hal ini keseringan berbuah itu lebih rendah dari pada keseringan berbunganya.
Mengenai daun (perangsangan dan pertumbuhan), bahwa kehilangan daun atau pertumbuhan daun yang baru adalah gejala yang biasa terjadi pada tumbuhan berbunga. Dimana setiap spesies akan kehilangan sebagian besar daunnya karena kaitannya dengan perbungaan dan waktu berlangsungnya perbungaan (Lovelles, 1989).

2.3Tinjauan tentang Stratifikasi
Stratifikasi adalah lapisan-lapisan secara vertikal yang dibentuk oleh (life farm) abggota-anggota suatu komunitas yang biasanya dipaki pada ketinggian dari pohon (Rahardjanto, 2004).
Hal ini berhubungan dengan bentuk % kehidupan yang berarti mempunyai bentuk yang khasdari tumbuhan pada keadaan vegetatif spesies apapun dapat ditentukan kelasnya, bentuk kehidupannya atas dasar ukurannya, bentuknya, cara bercabangnya, car bertahan hidupnya, dan rata-rata luas daun atau helai daunnya. Kedudukan kuncup sangat penting dalam penentuan ini dengan demikian pohon yang memiliki kelembaban yang tinggi atau mungkin tertimbun didalam tanah sehingga tidak mengalami musim pada tahun yang bersangkutan.
Menurut Raunkeir (1994), pertumbuhan bentuk kehidupan didasarkan oleh kedudukan kuncup yang rehat dan tinggi dalam berhubungan dengan permukaan tanah sebagai petunjuk mengenai cara tumbuhan itu dapat melaui musim yang merugikan hidupnya.pohon sebagai bentuk kehidupan yang primitif karena kuncup rehatnya terdapat jauh diatas tanah yaitu keadaan yang dianggap sesuai untuk cuaca pada saat tumbuhan bunga muncul.
Selain di bahas pada masalah bentuk kehidupan yaitu dekat atau tidaknya kuncup dengan daun dari permukaan tanah (ketinggian dari tanah) yang menjadi parameter juga adalah frekuensi (kekerapan), dan kepadatan (tutupan). Kekerapan menyangkut tingkat keragaman terdapatnya individu dalam suatu daerah, kekerapan dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies dalam daerah yang secara ideal tersebar secara acak diseluruh daerah yang dikaji (Lovelles, 1989).
Dalam suatu komunitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditanam bijinya meliputi perkecambahan, pertumbuhan bibit muda dan menua, pembungaan dan kadar senyawa N terutama dalam daun, menurut akibat pembentukan bunga, suhu rendah dan intensitas pembentukan buah (Rahardjanto, 2001).

BAB III
PROSEDUR KERJA


3.1 Alat dan Bahan
Aalat tulis
Penggaris
Meteran
Plastik ukuran 1 kg @ 15 lembar
Tali rafia
Pasak ukuran 1 m @ 16 buah

3.2 Cara Kerja
a.Vitalitas
Mencari 5 jenis tumbuhan yang berbeda, kemudian mengamati disekitar pohon tersebut ada tidaknya : kecambah, tumbuhan muda, tumbuhan dewasa, tumbuhan tua.
Mencatat data hasil pengamatan ke dalam tabel
b.Perioditas
Mencari 5 jenis tumbuhan yang berbeda, kemudian mengamati disekitar pohon tersebut ada tidaknya : daun, bunga, buah, dan biji.
Mencatat data hasil pengamatan ke dalam tabel
c.Stratifikasi
Mencari 5 jenis tumbuhan yang berbeda, kemudian menentukan stratifikasinya berdasarkan Dbh dari ketinggian pohon tersebut

BAB IV
DATA PENGAMATAN


4.1Data Pengamatan
4.4.1 Vitalitas
No. Jenis Tumbuhan Keterangan
1. A Tumbuhan dewasa dan tua
2. Cemara (Casuari junghulni) Tumbuhan muda
3. Pinus (Pinus mercusii) Tumbuhan muda dan dewasa
4. B Tumbuhan muda
5. C Tumbuhan muda

4.4.2 Perioditas
NO. Nama Pohon Daun Bunga Buah Biji
1. A √ - - -
2. Cemara (Casuari junghulni) √ - - -
3.Pinus (Pinus mercusii) √ - - √
4. B √ - - -
5. C √ - - -

4.4.3 Stratifikasi

NO.Nama Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Keliling(cm) Dbh(cm) Tinggi(cm)
1. A - √ - - 120 9,5 1700
2. Cemara - √ - - 7 0,5 160
3. Pinus - √ - - 9 0,7 250
4. B - √ - - 8 0,6 200
5. C - √ - - 6 0,4 270

BAB V
PEMBAHASAN


5.1 Vitalitas
Pada praktikum kali ini kita melakukan praktikum tentang vitalitas, perioditas, dan stratifikasi yang dilaksanakan di Coban Rondo. Vitalitas sendiri berfungsi untuk mengetahui tingkat kesuburan dari suatu jenis dalam perkembangannya sebagai reaksi terhadap lingkungannya. Salah satu cara untuk menggambarkan vitalitas yaitu dengan memperhatikan daur hidupnya, antar lain :
1.Kecambah
2.Tumbuhan muda
3.Tumbuhan dewasa
4.Tumbuhan tua (Rahardjanto, 2001).
Pada praktikum yang telah dilakukan harus ada 5 jenis tumbuhan yang berbeda dan semuanya mempunyai kelengkapan tumbuhan sebagai daya hidup suatu spesies dalam komunitas dan khususnya yang menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya suatu spesies ssecara teratur menyesuaikan dengan daur hidupnya dalam menentukan ketahanan hidup suatu spesies.

5.2 Perioditas
Menurut Raunkeir (1994), dalam suatu komunitaspertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditanam bijinya meliputi perkecambahan pertumbuhan bibit muda dan menua, sedangkan perbungaan dan pembentukan sangat menekan tingkatan pertumbuhan dan kadar senyawa N terutama dalam daun menurun akibat pembentukan bunga, suhu rendah, dan intensitas pembentukan buah.
Perioditas menyatakan keadaan rhymis suatu kehidupan tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan dengan adanya daun, bunga, buah, dan biji. Pada pengamatan tersebut jenis tumbuhan yang ditemukan sudah mempunyai kelengkapan. Hal ini dipengaruhi oleh suhu, pH, kadar air, senyawa organik, dan kesuburan tanah.

5.3 Stratifikasi
Menurut Rahardjanto (2004), untuk mengetahui semai, pancang, tiang, dan pohon dapat dilihat berdasarkan tinggi pohon dan dbh. Pada pengamatan stratifikasi jenis tumbuhan yang diamati ada 5 jenis tumbuhan yang berbeda antara lain : tumbuhan A, cemara, pinus, tumbuhan B, dan tumbuhan C, semuanya termasuk dalam kategori pancang. Hal ini didasarkan oleh ketentuan sebagai berikut :
A.Semai  Tinggi pohon < 1,5 m
B.Pancang  Tinggi pohon > 1,5 m dengan dbh < 10 cm
C.Tiang  Tinggi pohon > 1,5 m dengan dbh 10-30 cm
D.Pohon  Tinggi pohon > 1,5 dengan dbh > 35 cm

BAB VI
KESIMPULAN



Vitalitas diperoleh dari ke-5 jenis tumbuhan berbeda yang ditemukan termasuk dalam tumbuhan yang subr atau tingkat kesuburannya tinggi.
Perioditas diperoleh dari ke-5 jenis tumbuhan berbeda yang sedang mengalami rhymis dalam hidupnya.
Dari pengamatan stratifikasi diperoleh data bahwa 5 jenis tumbuhan yang terdapat di daerah coban rondo termasuk golongan rata-rata dengan dbh < 10 cm dan semuanya tumbuhan termasuk dalam kategori Pancang.

DAFTAR PUSTAKA
Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Gramedia. Jakarta.
Rahardjanto, A. 2001. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Rahardjanto, A. 2004. Ekologi Buku Petunjuk Praktikum Tumbuhan. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Raunkeir. 1994. Pengantar Ekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Jumat, 20 Maret 2009

VERTEBRATE

PROPOSAL PENELITIAN TANAMAN PETAI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang
Tanaman petai sering kali dijumpai di hutan yang tersebar di Indonesia, karena tanaman ini sangat mudah tumbuh dimana saja. Selain itu khasiat dari petai sendiri memiliki manfaat yang cukup banyak bagi tubuh diantaranya dapat mengendurkan saraf, hilangkan despresi, obat hati, ginjal, serta dapat menurunkan kematian akibat stroke, dan dapat menjaga saluran pencernaan. Sehingga hal ini banyak mendorong petani untuk menanam tanaman petai yang lebih mudah dijangkau dan lebih banyak menghasilkan keuntungan, namun tanaman tersebut tak bisa dihindarkan dari resiko kegagalan.
Tanaman petai diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, karena tanaman ini sering diolah menjadi masakkan. Karena petai banyak sekali manfaatnya disebabkan adanya gula alami. Semakin banyak masyarakat yang mengkonsumsi petai maka para petai diharapkan dapat menghasilkan petai yang lebih banyak lagi dengan kwalitas yang baik. Namun berdasarkan Dinas Pertanian Propvinsi Jatim pada tahun 2006 para petani dapat menghasilkan 7.091 ton petai, sedangkan pada tahun 2007 menghasilkan sekitar 5.341 ton. Namun dengan produksi petai yang demikian ternyata tidak sebanding dengan konsumsi petai setiap tahunnya misalkan pada tahun 2006 sebanyak 6.133 sedangkan pada tahun 2007 meningkat hingga 13 %. Dapat dilihat bahwa hasil panen tanaman petai di Indonesia mengalami penurunan, hal ini disebabkan adanya beberapa masalah yang dapat menggagalkan hasil panen yaitu terdapatnya hama, atau terletak pada stuktur tanah yang kurang baik sebagai media tanam. Masalah-masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi sekaligus dapat meningkatkan hasil panen dengan kwalitas yang lebih baik. Dalam budidaya tanaman petai diperlukan perhatian khusus.
Tanaman petai membutuhkan pupuk untuk meningkatkan kwalitas pada petai tersebut. Hanya jenis pupuk tertentu yang dapat digunakan untuk menanam tanaman petai. Bukan hanya pupuk kandang, NPK, kompos daun dan berbagai jenis pupuk lainya yang dapat digunakan sebagai perkembangan tanaman secara optimal, ternyata ampas teh dapat pula digunakan sebagai kompos ampas teh, karena pada ampas teh seduh mengandung karbon organik yang mampu untuk menyuburkan tanah. Sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

1.2Rumusan Masalah
1.Adakah pengaruh ampas teh seduh terhadap pertumbuhan tanaman petai ?
2.Manakah yang lebih tinggi antara tanaman petai yang diberi ampas teh seduh dengan yang tidak ?

1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ampas teh seduh terhadap pertumbuhan tanaman petai.

1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini untuk membantu masyarakat dalam menggunakan ampas teh seduh sebagai pupuk untuk mengembalikan kesuburan tanah agar dapat menghasilkan tanaman yang maksimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1Ampas Teh
Sisa teh atau ampas teh ternyata dapat bermanfaat bagi tanaman, yaitu dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lagi. Ampas teh ini lebih praktis dibandingkan penggunaan kompos. Kandungan yang terdapat di ampas teh selain polyphonel juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran. Ampas teh ini biasanya diberikan pada semua jenis tanaman. Misalnya, tanaman sayuran, tanaman hias, maupun pada tanaman obat-obatan, hal ini dikarenakan bahwa ampas teh tersebut mengandung Karbon Organik, Tembaga (Cu) 20%, Magnesium (Mg) 10% dan Kalsium 13%, kandungan tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman (Dadan Rodiana, 2007).
Ampas teh tidak hanya dapat berfungsi sebagai pupuk ternyata bisa dijadikan sebagai pestisida yang bersifat toksik bagi serangga tanaman, jika ampas teh ini dijadikan sebagi kompos. Ampas teh mengandung banyak unsur hara yang bagus untuk tanah. Mikroba yang dihasilkan oleh ampas teh ini hanya bersifat toksik pada serangga tidak pada tanaman sehingga tidak perlu khawatir tanaman itu beracun dan berbahaya untuk dikonsumsi oleh manusia (H. Akhadi 2005)
Ampas teh dapat dikelolah menjadi kompos dengan kwalitas yang baik, dalam pengelolahannya kompos itu dicampur dengan zat tambahan, diantaranya kapur, bekatul, tetes tebu atau gula. Gula dan bekatul merupakan bahan yang bias membangkitkan mikroorganisme yang akan menjadi pestisida. Dengan ditambah gula, mikroba tersebut cepat berkembang dan cukup ampuh membunuh serangga (Matnawi, 1989)

2.2Tanaman Petai
Dalam dunia tumbuhan, tanaman petai diklasifikasikan dalam keluarga Leguminosae (Mimosaceae), marga Parkia dan jenis Parkia speciosa berupa pohon yang tingginya antara 5-25 m.  Petai atau mlanding (Parkia speciosa) merupakan pohon tahunan tropika dari suku polong-polongan (Fabaceae), anak suku petai-petaian (Mimosoidae). Tumbuhan ini tersebar luas di Nusantara bagian barat. Bijinya, yang disebut "petai" juga, dikonsumsi ketika masih muda, baik segar maupun direbus.
Pohon petai menahun, tinggi dapat mencapai 20m dan kurang bercabang. Daunnya majemuk, tersusun sejajar. Bunga majemuk, tersusun dalam bongkol (khas Mimosoidae). Bunga muncul biasanya di dekat ujung ranting. Buahnya besar, memanjang, bertipe buah polong. Dari satu bongkol dapat ditemukan sampai belasan buah. Dalam satu buah terdapat hingga 20 biji, yang berwarna hijau ketika muda dan terbalut oleh selaput agak tebal berwarna coklat terang. Buah petai akan mengering jika masak dan melepaskan biji-bijinya.
Petai hanya dapat ditanam di tanah rendah hingga dataran tanah yang tinggi 1,500 m daripada paras laut. Iklim kawasan yang cukup lembap dan panas adalah sesuai untuk pertumbuhan pokok yang subur. Jenis tanah yang mesti digunakan yaitu tanah gembur, tanah liat berpasir, atau liat yang dapat disesuaikan (Nur Tjahjadi 1991).

2.3Hubungan antar ampas teh seduh dan tanaman petai
Setiap tanaman sangat membutuhkan pupuk, karena pupuk merupakan unsur terpenting dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman, sama halnya tanaman petai. Pada tanaman petai yang terpenting yaitu pada kesuburan tanah, selain sebagai penyangga akar, tanah juga berfungsi sebagai penyedia air, zat-zat hara, dan udara bagi pernapasan akar tanaman. Tanah yang subur dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal.
Faktor utama yang menyuburkan tanah yaitu bahan organik. Seperti pada penggunaan ampas teh seduh pada tanaman sangat baik untuk tanaman karena pada ampas banyak terkandung berbagai macam unsure seperti Besi (Fe), Timbale (Pb), Tembaga (Cu), Magnesium (Mg).

2.4Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah:
Ada beda tanaman yang diberi ampas teh dengan tanam yang tidak diberi ampas teh
Tanam petai yang diberi ampas teh lebih tinggi dibandingan dengan tanaman petai yang tidak diberi ampas teh.

BAB III
METODE PENELITIAN


3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen.

3.2Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua minggu. Mulai pada tanggal 21 Desember 2008 serta penelitian ini dilakukan di Tribun belakang stadion UMM


3.3Populasi dan Sample
Populasi penelitian adalah pertumbuhan tanaman petai yang dipengaruhi oleh ampas teh seduh. Sample yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 semple diambil dari tempat yang berbeda, ciri yang digunakan sample ini adalah tanaman petai yang telah mengalami pertumbuhan, kemudian dari sample tersebut akan diamati perkembangannya.

3.4Variabel Penelitian
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah ampas teh seduh, sedangkan variabel terikat adalah tumbuhan tanaman petai, sedangkan variabel kendalinya adalah air, tanah, cahaya, dan temperatur.

Metode Kerja
3.5.1 Alat dan Bahan
Polibag 20 buah
Cetok
Biji petai 40 biji
Ampas teh seduh 300gram
Tanah
Air
Penggaris

3.5.2 Cara Kerja
Menyiapkan polibag sebanyak 20 buah, kemudian menyiapkan media tanah
Mengisi setiap polibag yang telah disediakan dengan media tanah
Mengisi 10 buah polibag dengan ampas teh seduh masing-masing 30g kemudian campur hingga rata dengan tanah yang terdapat didalam polibag sebelumnya, hal ini dilakukan seminggu 2 kali sedangkan pada 10 buah polibag hanya terisi oleh tanah saja
Memasukkan biji petai masing-masing 2 biji pada setiap polibag yang telah berisi tanah serta ampas teh seduh
Memberi tanda pada setiap polibag antara polibag yang terdapat campuran ampas teh seduh dengan yang berisi media tanah saja untuk mempermudah membandingkannya
Menyiram tanaman tersebut dengan air secukupnya hal ini dilakukan sebanyak 1 kali dalam sehari
Meletakkan tanaman tersebut yang cukup cahaya
Mengamati pertumbuhannya setiap hari lalu bandingkan tanaman tersebut

3.5Rancangan analisis penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan uji t dua sampel bebas, jika data diuji variasinya ternyata homogen akan digunakan uji t dua sampel bebas variansi homogen. Jika data setelah diuji variansi memiliki variansi yang heterogen akan diuji dengan uji t 2 sampel bebas variasi heterogen.

Sabtu, 14 Maret 2009

Pendidikan

“ Perlunya Suatu Filsafat Pendidikan Sebagai Arah Penentu Pendidikan"

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2008
RINGKASAN
Landasan filsafat, bangsa Indonesia mempunyai filsafat umum atau filsafat negara ialah Pancasila. Sebagai filsafat negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada semua bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan. Landasan sejarah, pada landasan sejarah ini diuraikan sejarah pendidikan dunia, Indonesia pada masa perjuangan dan masa pembangunan memberikan konsep pendidikan antara lain, pendidikan dewasa ini harus berintikan pengembangan ilmu dan teknologi. Landasan sosial budaya, pada bagian ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan sosiologi, budaya masyarakat Indonesia yang dikaitkan dengan konsep pendidikan. Landasan psikologi pembahasannya mencakup psikologi perkembangan, belajar, sosial, kesiapan belajar, dan aspek-aspek inividu melahirkan konsep sebagai berikut; teori belajar disiplin mental untuk melatih perkalian dan soal-soal, sedangkan teori Naturalis bermanfaat untuk belajar seumur hidup (long life udecation), teori belajar Behaviorieme untuk membentuk perilaku nyata dan teori belajar kognitif untuk mempelajari hal-hal yang rumit
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan, yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaan pendidikan itu sendiri.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungsi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah  ini berusaha memuat tentang landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi .

I. Landasan Filosofis
A. Pengertian Filsafat
filsafat adalah suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Berfilsafat adalah berfikir tetapi tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir yang filosofis adalah berfikir yang memiliki sifat-sifat antara lain :
1. Berfilsafat adalah berfikir dengan menggunakan disiplin berfikir yang tinggi. Dengan kalimat lain berfikir dengan menggunakan disiplin berfikir yang tinggi adalah berfikir dengan insyaf, yaitu berfikir dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kebenaran, berfikir dengan tetap mematuhi atur-aturan berfikir untuk mendapat kebenaran.
2. Berfilsafat adalah berfikir secara sistematis. Ini bearti bahwa filsafat adalah berfikir untuk berusaha menyusun suatu system pengetahuan yang rasional, ytepat menunjukan suatu konsepsi yang akan berguna untuk memahami secara baik dunia dimana kita hidup dan diri kita sendiri.
3. Berfilsafat adalah menyusun suatu skema konsepsi. Konsepsi adalah hasil dari abstraksi dan generalisasi atas pengalaman mengenai benda-benda individual dan peristiwa-peristiwa. Jadi filasafat adalah pemikiran mengenai benda-benda atau hal-hal, proses-proses dan peristiwa-peristiwa dalam pemgertiannya yang umum dengan melalui abstraksi.
4. Filsafat itu memiliki daya cakup yang menyeluruh. Filsafat dikatakan memiliki daya yang cukup yang menyeluruh, maksudnya bahwa filsafat atau perenungan kefilsafatan itu bermaksud membangun suatu skema konsepsi yang tepat guna untuk memahami dunia dalam mana yang kita tinggal dan juga diri kita sendiri.

Agar lebih jelas berikut akan muncul definisi filsafat yang dikemukan oleh alihnya. Menurut Hendroson : filsafat adalah suatu analisis yang sungguh-sungguh, dengan disiplin berfikir yang tinggi serta benar-benar dijaga dan kemungkinan kesalahan yang diarahkan kepada persoalan-persoalan yang paling berat dihadapi oleh manusia.
Dari hamparn uraian yang serba abstrak teoritis mengenai filsafat tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasil perenungan yang menyeluruh dan mendalam yang disusun secara sistematis tentang dunia dan alam semesta dengan segala isinya, termasuk manusia dan tuhan.
Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1.     ­Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2.     Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3.     Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4.     Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Landasan filsafat, bangsa Indonesia mempunyai filsafat umum atau filsafat negara ialah Pancasila. Sebagai filsafat negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada semua bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah pengembangan afeksi dari filsafat negara, sepatutnya dibina dan dikemnbangkan oleh satu tim dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

B. Filasafat Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses memanusiakan manusia. Dari pernyataan yang padat berisi itu terkandung didalamnya. Bermacam-macam komponen yang terlibat dalam proses itu. Diantara komponen itu yang terpenting adalah pertama siapa yang memanusiakan? Kedua siapa yang mamanusiakan? Manusia yang macam apa yang diinginkan? Keempat bagaimana cara memprosesnya dan dimana prose situ berlangsung?. Pengertian pendidikan terus dikupas oleh pakar ahli. Hasil kupasan atau bahasan kupasan para pakar di bidang pendidikan itu menghasilkan rumusan atau definisi.
Menurut Prof. Drs. Notonegoro, SH
Hakikat pendidikan adalah hubungan berpengaruh yang bermanfaat terhadap manusia dalam keadaan tumbuh meliputi manusia sebelum terjadi tetapi dikenangkan terjadi dan manusia belum lahir.
Dasar pendidikan menurut Prof. Notonegoro adalah cita-cita kemanusiaan universal, penjelmaan termutlak dari hakikat manusia, milik kerohanian kemanusiaan yang tertinggi, yang kesemuanya tadi menjadi sumber pangkal bagi pendidikan dan dengan mutlah menentukan segala sesuatu dari pendidikan.
Pendidikan adalah usaha manusia demi kepentingan manusia, maka dari itu dasarnya tidak dapat lain daripada suatau keinginan oleh manusia sebagai manusia. Jadi keseluruhan yang diinginkan manusia dalam arti umum atau universal. Hal-hal yang diinginkan oleh manusia secara universal itu tidak mudah dimilik dalam tujuan konkretnya, maka dari itu berwujud cita-cita dan merupakan cita-cita kemanusiaan universal. Dengan sendirinya cita-cita tersebut di atas tidak boleh yang bersifat memaksa atau mengkhianatai diri manusia sendiri, maka dari itu cita-cita itu haruslah merupakan penjelaman mutlak dari hakikat pribadi manusia
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan, yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaan pendidikan itu sendiri.
Berbeda dengan filsafat umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu,filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang terpenting Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971).Kanzen, meninjau ilmu dari segi morfologis atau bentuk subtansinya,sebagi pengetahuan sistimatis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan . Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah, pendidikan.

C. Tujuan Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

II. Landasan Sosiologis
A. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagipendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. Hubunan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.




III. Landasan Kultural
A. Pengertian Landasan Kultural
Pada bagian ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan sosiologi, budaya masyarakat Indonesia yang dikaitkan dengan konsep pendidikan. Bahwa hubungan lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat dan lembaga pendidikan seharusnya sebagai agen penunjang pendidikan. Kebudayaan nasional juga seharusnya menjadi filter terhadap budaya asing yang negatif dan juga sebagai cerminan pendidikan Indonesia. Adanya kemungkinan pergeseran pardigma pendidikan dari sekolah ke masyarakat luas. Ujian negara perlu diubah menjadi ujian sekolah seiring dengan pergeseran sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi sehingga tujuan pendidikan nasional lebih mudah diwujudkan.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
IV. Landasan Psikologis
A. Pengertian Landasan Filosofis
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.
Pembahasannya mencakup psikologi perkembangan, belajar, sosial, kesiapan belajar, dan aspek-aspek inividu melahirkan konsep sebagai berikut; teori belajar disiplin mental untuk melatih perkalian dan soal-soal, sedangkan teori Naturalis bermanfaat untuk belajar seumur hidup (long life udecation), teori belajar Behaviorieme untuk membentuk perilaku nyata dan teori belajar kognitif untuk mempelajari hal-hal yang rumit. Pengembangan individu harus dikembangkan dan dimotivasi agar berkembang secara berimbang, optimal, dan terintegrasi sehinga menjadikan manusia berkembang seutuhnya.

Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

V. Landasan Sejarah
Pada landasan sejarah ini diuraikan sejarah pendidikan dunia, Indonesia pada masa perjuangan dan masa pembangunan memberikan konsep pendidikan antara lain, pendidikan dewasa ini harus berintikan pengembangan ilmu dan teknologi. Inovasi pendidikan harus bersumber pada penelitian-penelitian pendidikan di Indonesia sehingga sesuai dengan akar budaya nasional dan bukan mengadopsi konsep pendidikan asing serta tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah diwujudkan secara nyata. Budaya nasional harus dikembangkan sehingga tidak ditelan oleh budaya global dengan cara mempertontonkan nilai-nilai budaya asing yang negatif pada penayangan televisi dan internet.

VI. Landasan Ekonomi
Yang membahas peran ekonomi, fungsi, peranam produksi, dan efektifitas biaya pendidikan. Ekonomi bukan berperan utama dalam pendidikan, akan tetapi merupakan salah satu yang cukup berperan dalam pendidikan. Faktor yang paling menentukan dalam pendidikan adalah dedikasi (loyalitas), keahlian, dan ketrampilan pengelola dan pendidik.tiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sepatutnya mampu menutupi kebutuhan sekolah masing-masing dan tidak harus bergantung pada pemerintah. Manajemen sekolah mulai dari tingkat siswa, guru, dan pengurusnya sepatutnya mengetahui peran dan tugasnya masing-masing.
Kemudian pada pembahasan profesionalisme pendidik yang merupakan sebuah tuntutan melahirkan konsep seperti profesi pendidik, kode etik pendidik, pengembangan dan organisasi profesi, dan penyelenggaran pendidikan. Pengertian pendidikan yang lebih khas ialah membuat kesempatan dalam pengajaran dengan situasi yang kondusif sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi diri, minat dan bakatnya secara optimal dalam rangka mencapi tujuan pendidikan. Dengan pengertian ini hanya pendidik profesional yang dapat mendidik. Perilaku mendidik yang perlu dikembangkan antara lain adalah sebagai mitra peserta didik, disiplin permisif, berdialog dengan pikiran kritis, melakukan dialektika budaya lama dengan nilai-nilai budaya modern, memberikan kesempatan kreatif, berproduksi, dan berperilaku sehari-hari yang positif terhadap peserta didik. Manajer pendidikan perlu profesional dalam bidangnya sebab manajemen pendidikan tidaklah sama dengan manajemen bisnis atau pemerintaha. Manajemen pendidikan perlu banyak strategi, metode, dan kiat sebab akhirnya akan menadikan keberhasilan terhadap peserta didik.

VII. Filsafat Pendidikan Menurut Agama
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan

VIII. DAMPAK KONSEP PENDIDIKAN
Pembahasan tentang landasan pendidikan dalam segi filsafat, yang mencangkup filsafat pada umumnya, filsafat-filsafatpendidikan internasional, filosafat pancasiladan kemungkinan terbentuknya filsafat pendidikan yang bercorak indonesia, memberi dampak tertent.
Karena filsafat pendidikan yang cocok dengan alam dan budaya indonesia belum terbentuk, yang ada baru filsafat negara yaitu pancasila, maka tidak banyak konsep bentuk pendidikan yang bias diturunkan disini, memeang benar ada sejumlah filsafat pendidikan international yang sudah berdampak terhadap pendidikan, namun filsafat itu tidak cocok bila diterapkan di indonesia. Oleh sebab itu dampak konsep pendidikan yang akan dituangkan adalah merupakan penjabaran nilai-nila yang terkandung dari sila-sila pancasila, baik dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor.

KESIMPULAN
Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan ekonomi.


DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Parsono, Sukarno Anton, Suharno, M.Pd. 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Karunia Jakarta
Hasbullah. 1997, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta,: PT. Raja Grafindo